a a a a a a a
logo
BANNER Banner Header Home

REVIEWS

Finding Dory

Finding Dory
Tepat apabila menyebut "drama emosional" sebagai keunggulan utama Pixar sekaligus salah satu alasan terbesar penonton dewasa menantikan karya-karya mereka. Tapi menjadi keliru tatkala unsur tersebut dianggap wajib ada dan merupakan kegagalan jika gagal menguras air mata. Pixar is more than that. Cerita berselipkan kritik sosial, karakter ikonik nan likeable, sampai visual memikat adalah kekuatan lain yang semestinya tak dikesampingkan. Itu pula yang terjadi pada Finding Dory, sekuel dari Finding Nemo, which is one of Pixar's best and richest movie. Tidak sekalipun saya sesenggukan berlinang air mata karenanya, namun bukan berarti bencana, sebab selama kurang lebih 103 menit durasi, gelak tawa setia menghampiri seolah tanpa henti.

Originalitas penuh imaji berupa keunikan interpretasi dunia bawah laut milik Finding Nemo sudah tentu takkan terasa lagi, dan sayangnya sulit menanggulanginya mengingat nyaris mustahil sekuel memunculkan sihir serupa pendahulunya. Andrew Stanton selaku sutradara sekaligus penulis naskah (bersama Victoria Strouse) sadar betul dan memilih pendekatan lain yakni fokus menghadirkan petualangan semenyenangkan mungkin. Finding Nemo adalah reka ulang "realis" terhadap kehidupan hewan laut meliputi kebiasaan, cara hidup, pola pikir, atau parodi tentang stereotip yang melekat. Sebaliknya, Finding Dory lebih cartoonish dan adventure-oriented, sebagaimana dicontohkan adegan Hank mengendarai truk di jalan raya yang mana adegan semacam itu tidak akan ditemukan dalam film pertama.

Pendekatan berbeda sukses menghindarkan kesan repetitif meski beberapa poin alur pencarian keluarga, usaha kabur dari "kurungan" mencerminkan kemiripan. Stanton total mencurahkan ide kreasinya guna membangun petualangan penuh adegan imajinatif plus deretan humor-humor cerdas dengan keefektifan tinggi memancing tawa. Tidak peduli seberapa anehnya seekor gurita kebut-kebutan saya terpukau kala Stanton menggunakan slow motion serta iringan lagu Unforgettable sebagai penutup sequence. Begitu pula gelak tawa yang rutin muncul ketika Bailey beraksi layaknya cenayang sambil bergumam "ooomm". Aneh, tapi keanehan berbalut pengadeganan kreatif juga visual unik itulah daya pikatnya.

Naskah karya Andrew Stanton dan Victoria Strouse masih mempertahankan jalinan drama keluarga. Paparan isu tentang kesalahan manusia yang mengartikan "menyelamatkan" dengan "merusak", kembali menempatkan manusia sebagai ancaman terbesar di tengah ketiadaan sosok villain layaknya film pertama. Fokus pada hiburan membuat eksplorasi berujung tak seberapa emosional meski well-executed dan bukan hanya sepintas lalu. Sentuhan paling berkesan justru ada dalam pesan penuh makna seputar sosok Dory. Dia boleh saja melupakan banyak hal, tapi justru karena itulah, seperti kalimat andalannya "just keep swimming", tiada keraguan menyelimuti Dory sewaktu hendak melakukan sesuatu. Bahkan saat Marlin dan Nemo tersudut, mereka berusaha memposisikan diri sebagai Dory, because "do something" is what she always does. Berangkat dari situ, membuat semakin terpikat oleh daya juang Dory, mendukungnya di tiap momen petualangan.

Berkaitan akan perjuangan karakternya, Stanton dan Strouse sukses menuliskan baris kalimat demi kalimat quotable yang nantinya mungkin akan bertebaran di internet sebagai meme penebar pesan moral. Di samping itu, selaras dengan semangat mengusung suguhan menghibur, deretan pun (plesetan) menggelitik konsisten dituliskan Stanton dan Strouse. Serangkaian pun seperti "Don't be so Dory, Dory" merupakan bentuk kepiawaian duo penulis naskahnya merangkai kalimat-kalimat yang sejatinya "murahan" jadi terdengar cerdas, renyah dan amat lucu berkat kesempurnaan timing dan cara penghantarannya.

Pada akhirnya Finding Dory belum berada di level setara Finding Nemo, tapi bukan masalah mengingat pendahulunya itu adalah masterpiece animasi. Finding Dory telah berhasil melakukan apa yang tak mampu dilakukan dua film Cars maupun Monsters University, yaitu menyuguhkan kesempurnaan hiburan menyenangkan tanpa pernah melupakan pentingnya kekuatan penceritaan. There won't be a bucket full of tears here, but there will be laughter and so much joy. One of Pixar's funniest. (7/10)


Sumber : movfreak.blogspot.co.id



COMMENTS

Relatest News

7 Tips Meningkatkan Karir

7 Tips Meningkatkan Karir

Atomic Habits

Atomic Habits

Satu Jam

Satu Jam