a a a a a a a
logo
BANNER Banner Header Home

REVIEWS

Doctor Strange (2016) Review

Doctor Strange (2016) Review
Setelah memulai phase 3 dengan Captain America: Civil War yang menampilkan belasan superhero, Marvel kembali merilis film dengan origin story, Doctor Strange.

Benedict Cumberbatch berperan sebagai Stephen Strange, seorang dokter brilian tapi sombong. Strange mengalami kecelakaan yang membuatnya terpaksa berkelana ke Kamar-Taj untuk mencoba menyembuhkan tangannya. Di tempat itulah dia mengenal dunia sihir untuk pertama kalinya. Strange tidak hanya belajar sihir dari Ancient One (Tilda Swinton), Mordo (Chiwetel Ejiofor) dan Wong (Benedict Wong), tapi dia juga pelan-pelan mulai berubah menjadi lebih rendah hati. Strange juga harus menghadapi Kaecilius (Mads Mikkelsen) yang mencuri ilmu terlarang yang akan digunakan untuk memanggil Dormammu, penguasa Dark Dimension.

Positives

Impressive Visual

Doctor Strange menampilkan banyak visual yang berbeda dari film Marvel sebelumnya. Contohnya adalah saat Strange pertama kalinya melihat sihir dan saat Strange dan Mordo bertarung menghadapi Kaecilius dan anak buahnya di dunia cermin. Sang sutradara, Scott Derrickson sukses memperkenalkan dunia sihir di Marvel Cinematic Universe dengan visual yang unik dan impresif.

Strong Cast

Salah satu dari kelebihan Marvel adalah mereka mampu memilih para aktor dan aktris yang cocok untuk memerankan karakter-karakter mereka, dan kali ini Marvel kembali sukses melakukannya. Setelah Robert Downey Jr., Chris Evans, Chris Hemsworth, Chris Pratt dan lain-lain, sekarang giliran Benedict Cumberbatch yang sukses membuat karakter yang tidak begitu dikenal menjadi terkenal. Cumberbatch sendiri sudah merupakan aktor top sebelum berperan sebagai Doctor Strange, dia sudah banyak tampil di film dan TV seri terkenal. Pemilihan Cumberbatch sendiri diperkirakan karena Marvel butuh pengganti Robert Downey Jr. sebagai the main man of the MCU.
Para pemeran pendukung seperti Chiwetel Ejiofor, Rachel McAdams, Benedict Wong, Mads Mikkelsen dan Tilda Swinton tampil baik walaupun mereka tidak mendapatkan screentime yang cukup banyak.

Simple but Fun

Film-film Marvel memang sudah dikenal sebagai film superhero yang lebih fun dan santai dibanding film-film superhero dari studio-studio lainnya. Doctor Strange pun punya tone yang tidak jauh berbeda dari film-film MCU sebelumnya. Film ini sendiri sangat straightforward dalam menceritakan perjalanan kisah Strange dari dokter arogan menjadi ahli sihir yang rendah hati. Memang kisah Strange sangat mirip dengan kisah Tony Stark di Iron Man, hanya bedanya Strange menggunakan sihir sedangkan Stark menggunakan teknologi. Jokes di film ini juga cukup dalam hal jumlah dan tingkat kelucuannya. Marvel terkadang suka berlebihan dalam memberikan jumlah jokes di satu film, contoh: Iron Man 3. Untungnya kali ini Marvel memberikan dosis yang tepat dalam jumlah jokes.

Important Mid and After-Credits

Salah satu hal yang paling ditunggu di semua film Marvel adalah mid dan after-credits. Marvel sering memberikan mid dan after-credits. yang hanya merupakan jokes atau easter egg. Tapi kali ini kita mendapatkan mid dan after-credits yang actually akan berpengaruh penting untuk film sekuel Doctor Strange dan Thor: Ragnarok. Menggunakan mid dan after-credits sebagai teaser untuk film-film masa depan adalah keputusan yang tepat.

Negatives

Disappointing Villain(s)

Salah satu kritik yang paling sering ditujukan untuk MCU adalah minimnya villain-villain yang memorable. Sayangnya Kaecilius tidak mampu mengubah pandangan itu. Fokus Marvel dalam membangun karakter superhero mereka berimbas ke kurangnya characterization dan development para villain mereka. Motif Kaecilius yang tidak jelas kenapa dia menginginkan kehidupan abadi membuatnya hanya menjadi villain standar. Kaecilius akan dikenang sebagai salah satu villain terburuk di MCU selain Ronan dan Malekith. Big bad Dormammu akan dibahas di poin negatif berikutnya.

Final Battle is a Big Letdown

Setelah build-up yang panjang dan bagus, resolusi final battle nya ternyata sangat mengecewakan. Resolusi final battle di film ini mengingatkan saya akan resolusi di film Guardians of the Galaxy. Saat para superhero harus menghadapi musuh yang sangat kuat dan tampaknya tidak bisa dikalahkan, mereka terpaksa harus menggunakan cara aneh nan lucu untuk mengalahkan musuhnya. Dormammu yang sudah digadang-gadang sebagai villain super kuat dan super jahat, ternyata dengan mudahnya dikelabui oleh manusia yang belum lama bisa sihir. Mungkin banyak orang yang menganggap langkah ini sebagai langkah pintar dan tidak umum, hanya saja langkah ini undermines the villain so much. Tapi Dormammu cukup beruntung karena mungkin masih bisa diselamatkan di film MCU selanjutnya, tidak seperti Ronan.

Love Interest

Satu hal lagi di MCU yang sering dikritik adalah minimnya love interest yang menarik. MCU sendiri cukup hit and miss dalam hal love interest. Peggy Carter dan Pepper Potts adalah contoh sukses, sedangkan Agent 13, Black Widow – Hulk dan Jane Foster (The Worst) adalah contoh gagal. Karakter Christine Palmer sendiri cukup menarik karena dia adalah sosok wanita independen dan kuat yang tidak butuh ditolong oleh Strange. Rachel McAdams pun cukup baik dalam memerankannya. Hanya saja minimnya screentime dan character development yang menjadi masalah. Bahkan Palmer sudah tidak terlihat sejak Act 2 berakhir, hasilnya di akhir film karakter ini hanya menjadi afterthought.

Overall

Doctor Strange is a simple and fun film. Cumberbatch menunjukkan kalau dia bisa menjadi pilar MCU di masa depan. Bagi para pencinta film Marvel, film ini tidak akan mengecewakan anda. Hanya saja kelemahan-kelemahan film Marvel sebelumnya juga banyak muncul.

Score: 7/10
COMMENTS

Relatest News

Satu Jam

Satu Jam

Sir Bobby Charlton

Sir Bobby Charlton

Ego

Ego