Film animasi legendaris ini akhirnya mendapatkan remake versi live actionnya setelah pertama kali dibuat 25 tahun yang lalu. Beauty and The Beast sudah menjadi bagian dari masa kecil banyak orang, mungkin juga Anda.
Kesuksesan film sebelumnya tentu meninggalkan beban yang cukup berat bagi sutradara, Bill Condon serta penulis naskah, Stephen Chbosky dan Evan Spiliotopoulos. Film ini memang merupakan adaptasi penuh, yang hanya meninggalkan sedikit perubahan dari versi aslinya.
Sepertinya tidak perlu menceritakan plot cerita ini karena tidak ada yang berubah. Langsung saja kita bahas beberapa hal tentang film ini.
Positives
Sinematografi Bill Condon mampu memberikan adaptasi modern yang tepat. Setiap scene terasa seperti penghormatan terhadap versi Beauty And The Beast terdahulu. Memang digabungkan dengan CGI untuk beberapa tokoh seperti Lumiere dan Cogsworth. Tapi hal tersebut tidak mengurangi keindahan film ini.
Character Karakter Belle yang menjadi peran sentral di Beauty And The Beast. Sang sutradara mampu memberi penekanan untuk Belle sebagai seorang gadis yang cerdas tinggal di sebuah desa terpencil dengan penduduk yang tak acuh. Luke Evans di luar dugaan mampu berperan sebagai antagonis dengan baik.
Negatives
CGI Walaupun CGI hanya sebagai pendukung, kadang kita lupa sedang menonton film live action. Terutama untuk karakter seperti Mr Beast dan beberapa lainnya yang menggunakan animasi komputer. Interaksi antara karakter manusia dengan animasi komputer masih belum terasa natural. Animasi terasa cukup dominan di film ini.
Kesimpulan Sulit untuk mengejar kesempurnaan dari Beauty and The Beast( 1991). Tapi sebagai adaptasi modern Beauty And The Beast (2017) masih memberikan banyak hal untuk dinikmati, terutama akting para aktor serta momen bernyanyi film ini. Semoga di masa mendatang Disney akan menemukan cara untuk membaurkan animasi dengan akting nyata dari para aktor dan aktris. Selebihnya, versi modern dari animasi klasik Disney ini harusnya cukup untuk bernostalgia.