a a a a a a a
Dying to Be Me | LIFE INSPIRATION | Chilla World
logo
BANNER Banner Header Home

LIFE INSPIRATION

Dying to Be Me

Dying to Be Me
Kisah dalam buku “Dying to Be Me”, inilah sebuah kisah yang menyadarkan kita semua tentang siapa diri kita sesungguhnya, untuk apa kita hidup di dunia, dan bagaimana harusnya kita mengatasi ketakutan dan kebencian pada diri sendiri yang sangat memengaruhi kehidupan kita. Pada tahun 2006 seorang wanita di Singapura bernama Anita Moorjani (16 Maret 1959) mengalami koma selama 30 jam karena penyakit kanker sel darah putih yang dideritanya. Seluruh organ tubuhnya tidak lagi berfungsi dan harapan hidupnya sangat kecil. Namun tanpa diduga ia sadar dari komanya, sehingga dokter kembali melanjutkan pengobatan. Seperti sebuah keajaiban, sejak peristiwa tersebut ia berangsur membaik. Hampir 70% kanker yang di deritanya menyusut dan sirna dalam hitungan hari. Bahkan dalam lima bulan ia dinyatakan sembuh dan hanya membutuhkan fisioterapi selama beberapa bulan berikutnya. Pengalaman ini ditulisnya dalam buku berjudul “Dying to Be Me” yang menjadi salah satu buku best seller versi New York Times. Apa yang ia rasakan ketika mengalami koma tersebut?

Anita Moorjani bercerita bahwa ketika koma seolah ia mendapatkan pencerahan tentang penyebab semua penyakit ini. Yaitu kebiasaannya yang selalu “tidur sambil membawa emosi negatif”. Ia berjanji pada dirinya sendiri apabila mendapatkan kesempatan kedua, ia akan perbaiki satu hal tersebut. Ketika kemudian sadar, hidup kembali, maka mulailah ia mengubah kebiasaan tidurnya. Setiap malam, Anita mengevaluasi dirinya sebelum tidur. Apakah pada siang tadi ada orang yang membuatnya marah? Maka ia segera memaafkan detik itu juga. Apakah pada siang tadi ada peristiwa yang membuatnya kecewa? Maka ia segera merelakan hal itu menjadi bagian dari masa lalu. Demikianlah semua emosi negatif seperti marah, dendam, kecewa, frustasi dan sebagainya harus sudah dibuang dari pikirannya sebelum tidur. Anita hanya akan tidur jika ia sudah penuh dengan emosi positif seperti tenang, damai memaafkan, optimis dan sebagainya. Katanya, saya sendiri pernah mendapatkan informasi ilmiah tentang hal ini, ternyata benar menurut pendapat banyak ilmuwan berdasar hasil penelitian di beberapa Universitas di Inggris dan China, bahwa tidur dengan emosi negatif menyebabkan sel-sel otak tak bekerja dengan baik. Anda bisa mulai menutup mata, sambil memaafkan semua orang yang berbuat salah pada anda. Diakhiri dengan mendoakan keluarga, saudara dan sahabat dengan mendoakan kebahagiaan dan keberkahan.

Tidurlah seperti bayi yang tenang dan damai, niscaya anda akan mendapatkan healthy and quality sleep.
COMMENTS

Relatest News

KupuKupu

Kupu-Kupu

Finlandia

Finlandia

Dying to Be Me

Dying to Be Me