a a a a a a a
logo
BANNER Banner Header Home

LIFE INSPIRATION

Pengemis Buta

Pengemis Buta
Gao Fenghan adalah seorang seniman terkenal di masa makmur Dinasti Qing, seorang seniman terpelajar dan dipenuhi dengan bakat alami, banyak lukisan pada masa dinasti Qing itu adalah buah karyanya, ia hidup pada tahun 1683-1749 Masehi. Dari kisah hidupnya ada yang pantas di hargai adalah ia memiliki sekeping hati yang baik dan welas asih, selalu membantu kaum miskin. Pada suatu hari, ketika Gao Fenghan sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang pengemis buta dengan pakaian compang camping, ia melihat pengemis itu memegang sebuah mangkuk sedang mengemis dijalanan, terlihat sangat menyedihkan.

Melihat itu, timbul rasa kasihan di dalam hati Gao dan ingin sekali membantu pengemis itu. Saat itu, Gao kebetulan tidak membawa uang sepeserpun, sehingga untuk sesaat ia tidak tahu bagaimana cara membantunya. Namun ketika melihat mangkuk di tangan pengemis itu tampak sangat bagus, seketika Gao Fenghan mendapatkan ide. Lalu Geo Fenghan membawa pengemis tersebut pulang ke rumahnya, mengajak pengemis tersebut makan, setelah pengemis itu selesai makan, Gao lalu mencuci bersih mangkuk makanan si pengemis itu, dan mengukir sebaris kata, “nestapa seorang pengemis buta” di mangkuk tersebut; “Langit gelap kelabu, jalan di depan samar-samar dan tak berujung, berkelana dengan langkah tertatih-tatih, hanya untuk mendapatkan sesuap nasi.” Setelah mengucapkan terimakasih, pengemis itupun pamit.

Pada masa itu, Gao Fenghan sudah sangat terkenal, kisah singkat dan menarik orang-orang yang terkenal ketika itu, memang selalu menarik perhatian masyarakat, dan cerita tentang Gao Fenghan yang mengukur sebaris huruf untuk pengemis buta itu seakan-akan ditumbuhi sayap, disebarkan orang-orang hingga seantero negeri dan semakin menarik perhatian, orang-orang penasaran dan ingin sekali melihat ukiran puisi di mangkuk pengemis itu, apalagi dengan torehan puisi sang penyair yang sangat puitis, sehingga kemanapun pengemis buta ini pergi sambil membawa mangkuknya, orang-orang selalu saling berebut ingin mengundangnya makan, hanya untuk menikmati sejenak maha karya Gao Fenghan yang terkenal itu. Sejak itu, pengemis tersebut tidak kekurangan makanan, setiap hari dia dapat makan dengan kenyang dimana saja. Singkat cerita, setelah pengemis itu meninggal, orang-orang yang berempati kemudian menjual mangkuk sang pengemis sebagai biaya pemakamannya. Tidak berapa lama setelah pengemis tersebut meninggal, pada suatu malam Gao Fenghan bermimpi pengemis ini berkunjung ke rumahnya untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan tuan karena berkat torehan puisi itu sehingga saya tidak menderita kedinginan dan kelaparan di masa tua saya.

Kebetulan pada malam itu, pembantu di rumah Gao melahirkan seorang putra yang lucu, lalu menamainya Piao Erl. Setelah Piao Erl itu tumbuh besar, dia menjadi pelayan di rumah keluarga Gao Fenghan, anak ini sangat rajin dan telaten dalam melayani Gao melebihi pembantu lamanya. Singkat cerita, setelah Gao memasuki usia senja, dan jatuh sakit serta tidak bisa berjalan dengan normal lagi, Piao Erl dengan telaten melayani serta memapahnya berjalan, menjaga dan merawatnya siang malam, perhatian Piao Erl yang ikhlas dan tulus itu benar-benar mengharukan orang-orang yang melihatnya. Piao Erl juga sering membawa Gao keluar untuk sekedar jalan-jalan, boleh dikatakan keduanya terlihat seperti anak dan bapak, seperti daging dan darah kandung sendiri. Orang-orang yang mengetahui hal tersebut berkata, di masa mudanya, Gao Fenghan memang benar-benar telah berbuat baik sehingga mendapat balasan baik, berkat uluran tangan Gao Fenghan ketika itu, sehingga di masa senjanya sekarang ada orang yang melayaninya dengan setia dan tulus hingga akhir hayatnya.

# Berbuat baik kepada orang lain berarti telah berbuat baik pada diri kita sendiri. Apa yang kita tabur, itulah yang kita petik, ini adalah hukum keadilan abadi.
COMMENTS

Relatest News

7 Tips Meningkatkan Karir

7 Tips Meningkatkan Karir

Atomic Habits

Atomic Habits

Satu Jam

Satu Jam