Suatu hari sang raja pergi berburu dengan penasehatnya. Ditengah hutan saat raja mengejar buruannya sang raja jatuh sehingga telunjuknya terpotong oleh belatinya sendiri. Penasehat mencoba menghibur namun sang raja tetap saja sedih, karena si penasehat ini kehabisan kata-kata ia lalu mengatakan segala yang terjadi patut untuk disyukuri. Lalu sang raja marah dan diperintahkan pengawalnya untuk memenjarakan penasehatnya itu.

Enam bulan kemudian setelah telunjuk sang raja sembuh ia pergi berburu lagi dengan penasehatnya yang baru, karena terlalu semangat mengejar buruannya sang raja tersesat dengan penasehatnya yang baru. Di dalam hutan sang raja dan penasehatnya tertangkap sekelompok suku yang masih primitif. Penasehat dan raja ini ternyata akan dipersembahkan dalam ritual. Setelah dimandikan ternyata telunjuk raja itu tidak ada sehingga ia ditendang karena dianggap dia tidak pantas untuk dipersembahkan (dinilai cacat).

Susah payah akhirnya sang raja bisa pulang ke istananya dan ia teringat dengan kata-kata dari penasehatnya yang dulu. Seketika itu penasehatnya disuruh untuk dilepaskan. Setelah selesai menceritakan apa yang terjadi penasehat itu malah mengatakan terima kasih dan syukur karena saya telah dipenjarakan. Lalu sang raja bertanya kenapa kamu bicara demikian? Soalnya kalau saya tidak dipenjarakan maka saya yang jadi korban dari suku primitif itu.

Pesan dari cerita ini, apapun yang telah terjadi janganlah kita sesali dan kita jangan takut pada akibat yang terjadi, tetapi marilah kita hadapi dan selalu bersyukur di kehidupan ini.

COMMENTS