Kadang sepatah kata yang “ketus” membuat kita tersinggung dan sakit hati sampai berlarut-larut. Sikap ceria dan kegembiraan selama ini tersapu habis oleh sepatah kata tadi. Kalau orang bertanya, mengapa? Kita akan menjawab: “Kata-kata itu sungguh amat menyakitkan.” Benarkah kata-kata itu yang begitu menyakitkan..? Apakah kita terlalu “lemah”..?
Sebenarnya kita tidaklah “lemah” dan kata-kata “ketus” itupun tidak berarti apa-apa.
Permasalahannya adalah : “Hati” kita yang terlalu tinggi. Tinggi hati membuat harga diri, gengsi, egois, arogansi, kesombongan, keinginan harus dihormati, semua ikut menjadi tinggi. Tinggi hati membuat kita merasa diri terhormat, mulia, paling benar, paling tahu dan sempurna. Sikap inilah yang membuat kita mudah tersulut emosi, tersinggung, mudah sakit hati, berprasangka buruk dan menganggap mudah orang lain.
Sesungguhnya tinggi hati hanyalah upaya menutupi jiwa kita yang lemah dan itu membuat kita rapuh. Jika kita mau menjadi kuat, belajarlah rendah hati setiap saat, maka kata-kata seketus apapun tidak akan berarti apapun bagi kita. Kerendahan hati membuat kita tenang, hening namun tegar bagai samudera yang mengambil tempat paling rendah. Tidak harus berkobar-kobar emosi seperti riak-riak ombak kecil di tepi pantai.
# Rendah hati membuat kita bebas leluasa, rendah hati adalah sumber kekuatan dan sukacita.