Pada tahun 1979, saya mengelola restoran di Port Richey, Florida. Suatu saat saya mencari seseorang untuk bekerja tiga jam sehari hanya pada saat makan siang. Saya memeriksa semua surat lamaran dan sebagian besar melamar bekerja full time atau setidaknya 20 jam per minggu. Akhirnya saya menemukan satu surat lamaran di bagian bawah dari tumpukan tebal surat-surat lamaran, lamaran yang hanya mencari kerja pada saat makan siang saja. Namanya Nicky. Saya belum pernah bertemu dengannya, saya pikir saya akan menelponnya dan melihat, apakah dia bisa mampir wawancara.
Ketika saya menelpon memintanya datang untuk wawancara, dia tidak berada di tempat, tetapi ibu nya mengatakan dia akan memastikan Nicky akan datang untuk wawancara. Pada waktu yang telah di tentukan, Nicky datang dan masuk ruang kerjaku. Ketika melihatnya, jantungku terasa tercekat. Nicky menderita Down Syndrome. Pada waktu itu saya masih muda dan hidup aman & nyaman. Belum pernah berinteraksi secara profesional dengan penyandang disabilitas seperti dia. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Dia adalah pemuda yang luar biasa. Wawasan nya bagus. Berfokus pada tugas. Bersemangat untuk hidup. Akhirnya saya menerima lamarannya, memperkerjakannya 3 jam sehari.
Saya memberi tahukan staf lainnya apa yang bisa diharapkan darinya. Saya mendapat kesan bahwa “para kru tidak ada yang mau bekerja dengan orang yang lamban”. Pada saat pertemuan kru dan bersiap untuk kedatangannya. Nicky muncul untuk bekerja. Dia berdiri dengan gemetar dengan penuh harapan. Dia mencatat dan memulai pelatihan nya. Dia tidak bisa melakukan tugas ganda, tetapi bisa bekerja laik nya sebuah mesin di atas panggangan. Sekarang untuk bagian yang menarik.. Saat itu tidak ada layar komputer untuk bekerja. Setiap pesanan di teriakkan oleh kasir. Dibutuhkan banyak konsentrasi dari semua staf produksi untuk membuat pesanan dengan benar. Saat Nicky sedang berlatih selama shift pertamanya, pembuat sandwich di sebelah nya bertanya kepada petugas pemanggang, apa yang ada di sandwich berikutnya. Nicky menjawab, “Single, tanpa acar, tanpa bawang”. Beberapa menit kemudian terjadi lagi. Saat itulah kami menyadari bahwa Nicky memiliki keterampilan yang tersembunyi dan berharga. Dia menghafal semua yang dia dengar! Photographic hearing! Sungguh sebuah keterampilan yang luar biasa. Butuh waktu 3 hari dan setiap pembuat sandwich meminta untuk bisa bekerja dengan Nicky. Ia langsung di terima oleh seluruh kru. Pada gilirannya beristirahat dia akan bergabung dengan kru lainnya, minum coke seperti air! Nicky adalah kalendar hidup, berjalan/ berbicara! Dengan kalendar abadi sebagai referensi, mereka akan duduk berjam-jam menanyakan hari apa pada minggu itu 22 Desember 1847. Dia tidak pernah salah.
Kemampuan luar biasa ini segera saja mengikat para kru. Ibu nya akan datang jam 2 untuk menjemputnya. Ketika saya pergi untuk menjemputnya dari belakang, ibu nya mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan. “Biarkan dia tinggal disana selama dia mau. Dia tidak pernah diterima di mana pun seperti dia di sini.” Aku minta diri dan mengusap air mataku, aku merasa rendah hati sekaligus terharu pada pelajaran yang baru saja kupelajari.
# Kita semua seperti Nicky. “Kita masing-masing memiliki kekurangan. Kita masing-masing memiliki kelebihan. Sejatinya kita semua berharga.”