Seorang psikolog dari Inggris, Richard Wiseman, berhasil menyimpulkan karakter orang-orang yang beruntung dan karakter itu bisa ditiru.
Wiseman melakukan penelitian soal orang yang beruntung dan tidak beruntung ini sejak sekitar 10 tahun silam. Ia mengumpulkan data 400 orang. Separuh menyatakan selalu beruntung dan separuhnya lagi menyatakan selalu sial.
Psikolog ini ingin meneliti mengapa orang selalu beruntung--mendapat terobosan, berada di tempat yang tepat di waktu yang tepat pula.
"Setelah melakukan banyak percobaan, saya percaya bahwa sekarang saya memahami mengapa orang lebih beruntung dibanding yang lain," ungkapnya seperti yang ia tulis dalam koran Telegraph dari Inggris.
Bertahun-tahun ia mewawancarai orang-orang ini dan mereka diminta mengisi buku harian, memberi jawaban, melakukan tes IQ, dan mengundang mereka ikut dalam sejumlah percobaan.
Hasilnya, kata Wiseman, orang-orang itu memang tidak tahu mengapa mereka selalu beruntung atau selalu sial. Tapi, kata Wiseman, "Pikiran dan perilaku mereka yang menyebabkan keberuntungan atau ketidak beruntungan itu."
Misalnya saja bagaimana orang yang selalu beruntung selalu bisa melihat peluang sedang orang yang sial, tak pernah bisa melihat peluang.
Tes kepribadian juga memperlihatkan bahwa orang yang tidak beruntung pada dasarnya lebih tegang daripada yang beruntung. Ketegangan ini membuat mereka tidak bisa menangkap hal-hal di luar dugaan yang kadang menguntungkan.
Orang-orang yang tidak beruntung, terlalu fokus pada satu hal sehingga melupakan hal yang lain yang kadang membawa keberuntungan. Hal ini tampak bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada saat mereka melihat iklan lowongan pekerjaan. Orang yang tidak beruntung hanya melihat jenis-jenis pekerjaan yang mereka inginkan padahal sangat mungkin ada pekerjaan lain. Orang yang beruntung lebih santai dan melihat yang ada di iklan-iklan lowongan, bukan sekedar mencari sesuatu.
Berdasarkan riset, ternyata orang-orang itu selalu beruntung karena hal-hal berikut:
1. Orang beruntung trampil menciptakan dan melihat peluang bagus.
2. Orang beruntung membuat keputusan beruntung karena mengikuti naluri.
3. Orang beruntung menciptakan sugesti diri yang positif.
4. Orang beruntung cenderung bersikap tabah sehingga nasib sial berubah menjadi baik.
5. Orang beruntung menelaah pilihan hidup secara rasional sekaligus merasakannya, tidak hanya sisi rasional semata. Sisi perasaan ini menjadi alarm dan membuat orang berhati-hati mengambil keputusan.
6. Orang beruntung selalu mencoba hal yang baru, berbeda dengan orang yang tidak beruntung yang selalu melakukan hal rutin. Orang yang tidak beruntung selalu berangkat dan pulang kerja dengan rute sama. Begitu pula dengan saat pergi ke pesta misalnya, orang yang beruntung dengan riang mengajak mengobrol orang-orang dengan baju warna sama misalnya. Sedang yang tidak beruntung, hanya mengobrol dengan orang yang sudah dikenal. Akibatnya, ia banyak kehilangan kesempatan yang mungkin membawa keberuntungan.
Orang beruntung cenderung melihat sisi positif jika ada masalah. Jika terjatuh dan keseleo, misalnya, masih bersyukur karena tidak patah kaki.