Di sebuah jalan raya tinggal dua keluarga yaitu keluarga Li dan keluarga Chang. Bila kita melewati rumah keluarga Chang, sering terdengar suara ribut-ribut, jika bukan suara berkelahi, tentu suara orang memaki, menangis atau melempar barang.
Sedangkan diseberang jalan rumah keluarga Li, sering terdengar orang berbicara dengan sopan, lemah lembut dan sering terdengar suara bercanda dan suara orang tertawa gembira.
Suatu hari Chang bertemu dengan Li, dengan heran dia bertanya kepada Li, "Sungguh heran, kenapa di rumah kalian sering terdengar suara tertawa gembira, tidak pernah terdengar suara pertengkaran? Bagaimana bisa begitu?"
Li berkata, " Setiap anggota keluarga kami selalu menganggap dirinya bersalah, sedangkan setiap anggota keluarga kamu selalu menganggap dirinya adalah yang benar."
Chang terkejut, "Kenapa bisa begitu? Orang aneh, di dunia ini mana ada orang yang mengatakan dirinya sendiri orang yang bersalah?"
Li melanjutkan perkataannya, "Pada suatu hari, di tangga rumahmu ada sebuah gelas diletakkan di anak tangga, gelas itu diletakkan oleh Asiong beberapa waktu yang lalu, ketika Abeng melewati anak tangga tanpa sengaja menyenggol gelas tersebut hingga pecah dan melukai kakinya, coba engkau terka, apa yang dikatakannya? Abeng segera membuka mulutnya dan memaki, "Asiong, kenapa meletakkan gelas disini, lihat gara-gara kamu kaki saya terluka!" Asiong segera membalas, "Semua ini kesalahan kamu sendiri, jalan tidak memakai mata! Heeekk! Pantas saja terluka!" Kemudian apa yang terjadi? Tentu saja mereka berdua berkelahi."
"Semua ini... kan hal yang normal?", Chang dengan tidak mengerti menjawab.
"Tidak... Jika orang di rumah saya, orang yang menyenggol gelas itu akan berkata, "Aduh! Saya sungguh tidak berhati-hati, sudah menyenggol pecah gelas ini, celaka. Bagaimana jika nanti terpijak oleh orang lain?" Kemudian dia menyingkirkan pecahan-pecahan gelas itu ke tong sampah, lalu orang yang meletakkan gelas datang meminta maaf, "Maaf.. Maaf..! Tadi saya akan membawa gelas ini ke lantai atas, tetapi tiba-tiba ada telepon masuk.. Saya lupa membawanya... Maaf..!" Lihat dengan demikian, bukankah hasilnya lebih bagus?"
Chang sekarang langsung mengerti maksud Li. Jikalau setiap manusia ketika bergaul dengan orang lain dan dapat mengalah selangkah, bersikap sopan, penuh toleransi dengan orang lain, maka akan seperti keluarga Li ini.
Setiap orang tidak mengeluarkan kata-kata yang memaki, menggantikan memaki dengan meminta maaf, mengubah sifat pemarah menjadi penuh perhatian, bukankah dengan demikian semuanya akan berjalan dengan baik?
Tidak saja bisa merubah sebuah pertengkaran yang tidak seharusnya terjadi dan mengurangi dosa karena memaki-maki, malah bisa mempererat hubungan satu sama lain.
Mundur selangkah demi orang lain, anda akan menyadari hubungan antara manusia sebenarnya tidak serumit yang anda bayangkan. Membuat masalah besar menjadi masalah kecil, membuat masalah kecil menjadi tidak ada. Bukan sebaliknya, membesar-besarkan masalah yang kecil dan yang seharusnya tidak ada masalah malah dipermasalahkan.