Judy Murray, Ibu dan Guru Dua Petenis Nomor Satu Dunia
Judy Murray selalu percaya bahwa putranya, Andy Murray, bisa menjadi petenis nomor satu dunia. Keyakinan itu terwujud menjelang akhir 2016. Bukan hanya Andy, putranya yang lain, Jamie Murray, juga mendapat penghargaan yang sama. Setelah selalu berada di bawah bayang-bayang Roger Federer, Rafael Nadal, lalu Novak Djokovic, Andy akhirnya merasakan status yang pernah dirasakan ketiga rivalnya. Dia menggeser posisi Djokovic dari puncak peringkat dunia sejak 7 November 2016 dan mempertahankannya hingga akhir musim setelah menjuarai Final ATP World Tour 2016. ”Dia bersaing dengan Roger, Rafa, dan Novak untuk waktu lama. Semua tergantung pada konsistensi. Dia paling konsisten pada tahun ini hingga bisa berada di urutan teratas,” kata Judy, berkomentar tentang prestasi yang dicapai Andy, putra keduanya yang berusia 29 tahun.
Dalam momen Final ATP World Tour, sang kakak, Jamie, juga mencapai posisi itu. Jamie menjadi ganda putra nomor satu dunia pada akhir 2016 bersama pasangannya, petenis Brasil, Bruno Soares. Dalam wawancara di www.madeformums.com, Judy bercerita bagaimana dia membuat kedua putranya menjadi bintang lapangan tenis. Judy lahir 8 September 1959, di Bridge of Allan, Britania Raya merupakan sosok pertama yang memperkenalkan tenis pada Andy dan Jamie. Ketika itu, Andy berusia 5 tahun dan Jamie 6 tahun. Saat melatih Andy dan Jamie, Judy yang pernah jadi kapten Tim Fed Inggris Raya (2011-2016) juga ikut bermain dan tak sekadar memberi perintah.
”Orangtua adalah contoh bagi anak. Mereka sangat senang bermain dengan orangtua. Saat muda, saya juga memuja ayah saya saat bermain sepak bola dan membuat gol,” kata Judy, menyebut ayahnya, Robert Erskine yang bermain di Striling Albion (Skotlandia) era 1950-an.
Ketika Andy dan Jamie memilih tenis, Judy mengirim mereka keluar Skotlandia untuk berlatih. Jamie berlatih di Inggris, lalu Perancis. Sementara Andy berlatih di Spanyol sejak berusia 15 tahun. Judy, yang berpisah dari suaminya, William Murray, sejak Andy berusia 10 tahun, menegaskan, dirinya harus membuat Andy dan Jamie benar-benar fokus pada tenis. Fokus itu penting, apalagi tenis merupakan olahraga individu yang hanya mengenal menang atau kalah. Tidak ada rekan setim seperti di cabang beregu yang bisa diajak berbagi tanggung jawab.
Pada akhirnya, Judy menyebut dua faktor kunci yang membuatnya bisa memiliki petenis nomor satu dunia, yaitu “antusiasme dan kegembiraan.”