Suatu hari ada seorang wanita muda yang datang kepada guru bijak dan bertanya, “Guru mengapa ada orang yang kerjanya setiap hari itu menghujat orang lain dengan kata-katanya yang pedas dan kasar?”. “Mengapa saya tidak pernah mendengar ia memuji orang lain, kalaupun memuji orang perkataannya seperti sindiran yang menyakitkan…”
Dengan lembut sang guru yang bijak berkata, “Begini ya nak, jika kamu hanya punya gula maka yang bisa kamu berikan pada orang lain itu ya gula, gula yang manis. Begitu juga jika kamu hanya punya sambal, yang kamu bisa berikan pada orang lain itu ya hanya sambal, sambal yang pedas. Jadi jika ada orang yang selalu berkata-kata pedas pada orang lain, mungkin yang dia punya ya hanya itu. Dan tidak ada yang lainnya yang bisa dia berikan pada orang lain.”
“Sekarang pertanyaannya, kamu sendiri punya apa yang ingin kamu bagi dan berikan kepada orang lain? Kata-kata yang manis atau yang pedas? Karena sesungguhnya kamu tidak bisa membagikan atau memberikan apa yang kamu tidak miliki dalam diri dan pikiran kamu.”
Wanita muda itu tiba-tiba saja terdiam dan merenungkan apa yang baru saja dia dengar dari sang guru bijak itu, berusaha bertanya pada batin kecilnya.
Pertanyaannya, “Bagaimana dengan kita, apa yang bisa kita bagikan pada orang lain. Kata-kata yang manis atau yang pedas?”. Karena sesungguhnya kita tidak bisa membagikan atau memberikan apa yang tidak kita miliki dalam diri dan pikiran kita.
Mari kita bersihkan hati dan pikiran kita dari rasa iri, rasa benci, rasa dengki dan rasa serakah. Maka semuanya akan mengalir dalam hidup ini hal-hal yang baik dan positif tanpa adanya paksaan atau kemunafikan. Mari kita jalani semuanya dengan ikhlas dan sabar. Suka atau tidak suka sesungguhnya apa yang kita tebar itulah akan kita petik nantinya.
Janganlah kita menyimpan kecewa, kesal, kepahitan, kebencian, kemarahan dan dendam masa lalu. Karena hanya akan menjadi penyakit dan dampaknya kita akan selalu berkata-kata pedas dan menyakitkan orang lain. Hidup dalam kemarahan dan kebencian di hati kita hanya akan menyakiti diri kita sendiri, lebih dari orang-orang yang kita benci.
# “Menaklukkan diri sendiri sesungguhnya jauh lebih baik daripada menaklukkan orang lain. Barang siapa yang dapat mengendalikan diri sendiri akan mampu mengendalikan perbuatannya”.