Di depan gerbang suatu jembatan di salah satu kota Eropa, duduklah seorang pengemis. Ia setiap hari duduk disitu sambil memainkan biolanya yang sudah usang dan menaruh kaleng di depan dia duduk. Dia berharap orang-orang yang lalu lalang merasa iba mendengar gesekan biolanya dan memberinya sedikit uang.
Pada suatu hari seorang pria yang berjubah panjang, datang menghampiri pengemis tadi dan meminta agar pengemis itu meminjamkan biola usangnya. Tentu saja si pengemis itu menolak dan berkata “Tidak! Ini adalah hartaku yang paling berharga!” Tetapi pria tersebut terus membujuk agar si pengemis mau meminjamkan biolanya, meski hanya untuk sebuah lagu. Akhirnya si pengemis buta itu, dengan terpaksa memberikan biola tua nya. Setelah itu, dia mulai memainkan sebuah lagu dengan begitu indah, dan syahdu. Suara biola yang begitu halus di tangan si pemain ini, dan membuat semua orang yang lewat berhenti, serta mereka mengelilingi si pemain biola dan pengemis tersebut. Begitu merdunya lagu dan bagusnya permainan biola si pemain tersebut membuat semua orang terdiam, terhanyut oleh gesekan biolanya. Si pengemis buta pun terkesan dan ternganga tanpa dapat berkata-kata. Kaleng yang tadinya kosong kini telah penuh dengan uang. Ternyata tidak cuma satu lagu, tetapi beberapa lagu dimainkan oleh si pemain biola tersebut.
Akhirnya ia pun harus menyelesaikan permainan nya, dan sambil mengucapkan terima kasih, ia mengembalikan biola itu kepada si pengemis. Si pengemis dengan berlinang air mata dan gemetar bertanya: “Siapakah anda tuan yang budiman?” Si pemain biola tersenyum dan dengan perlahan menyebutkan namanya “Paganini.”
Sang maestro biola Paganini, telah memberi bantuan sesuai dengan profesinya. Niccolo Paganini dilahirkan di Genoa, Italy, 27 Oktober 1782, Paganini adalah seorang pemain biola dan komposer yang terkenal dari Italia.
#Banyak cara bagi kita untuk menjadi seperti “Paganini” dalam membantu orang lain. Lakukanlah sesuai dengan kemampuan dan talenta kita. Jadikanlah hidup ini penuh arti untuk membantu sesama manusia.